Rabu, 02 Mei 2012

Presiden Bambang: Suka bimbang, atau suka menimbang? (bagian satu)

Kali ini kita akan membahas bunyi bang. Kita akan lihat bahwa bunyi ini boleh jadi mengalami beberapa pergeseran makna yang menarik.

Tapi kita lihat dulu makna awalnya, yaitu bolongan di tanah: lubang. Jika bolongannya tidak dalam, atau hanya lekukan, kita menyebutnya lembang. Jika lekukannya agak besar, hingga kerbau atau babi bisa berendam di sana: kubang. Lekukan atau bolongan yang lebih besar lagi, hingga orang bisa masuk ke dalam, dan mengambil emas, perak, atau logam dan bebatuan lain: tambang.

Apabila ada pohon runtuh hingga akar-akarnya tercabut, dan meninggalkan bolongan di tanah, kita menamakannya tumbang. Jika runtuhnya karena ulah manusia, kita istilahkan tebang.

Dari bolongan, tampaknya makna bang kemudian terkait dengan hal yang keluar masuk ke bolongan tadi. Misalnya jabang: bayi yang keluar dari rahim ibu. Kemudian subang: perhiasan yang masuk ke lubang di cuping telinga. Atau jambang: bejana untuk memasukkan tanaman atau bunga.

Satu tempat untuk keluar masuk akan menjadi kata penting untuk kita: gerbang. Kata ini tampaknya akan menjadi pintu bagi bunyi bang untuk bergerak ke arah makna lain. Ini akan kita lihat di bahasan berikutnya.

[bersambung]

Lema sebelum: Salam dari bohlam alam
Lema sesudah: "Presiden Bambang: Suka bimbang, atau suka menimbang? (bagian dua)"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar