Kamis, 03 Mei 2012

Presiden Bambang: Suka bimbang, atau suka menimbang? (bagian dua)

[sambungan]

Kita sudah melihat bagaimana bunyi bang bergerak dari lubang ke gerbang. Gerbang, sebagai tempat keluar masuk, merupakan pintu, dan tentu harus bisa dibuka. Sebagai pintu dia memiliki ambang; dan gerakan daun pintu terbuka lebar-lebar disebut mengembang. Kata kembang sendiri tampaknya kemudian dipakai juga ke gerakan kelopak bunga yang membuka; hingga akhirnya kita secara umum menyebut bunga itu kembang.

Gerbang biasanya berada di perbatasan, yaitu sebuah garis yang memisahkan dua keadaan yang berbeda. Jika kedua keadaan ini berada di tingkatan yang sama, kita menyebutnya imbang. Tindakan membandingkan dua keadaan yang berbeda disebut menimbang.

Bila sesuatu berada stabil di antara dua keadaan berbeda, kita menyebutnya mengambang, jika di air; atau terbang, jika di udara. Yang pertama tidak tenggelam dan tidak mengapung; yang kedua tidak jatuh dan tidak membumbung tak terkendali.

Sebaliknya, jika tidak ada posisi stabil, tidak ada posisi jelas, orang menyebutnya terombang-ambing. Dan orang yang ragu mengambil posisi yang jelas, dikatakan bimbang.

Kembali ke pertanyaan di judul tulisan ini: Apakah Pak Bambang itu suka bimbang, atau suka menimbang? Jawabannya tampaknya tergantung apakah kita orang yang dekat dengan dia, atau yang merasa jauh dari dia.
Jawaban yang tampaknya benar: Beliau suka nembang ...

Lema sebelum: "Presiden Bambang: Suka bimbang, atau suka menimbang? (bagian satu)"
Lema sesudah: Angkung Jerman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar