Sabtu, 11 Februari 2012

Masih ingat lagu anak-anak "Tik tik tik, bunyi mesin ketik di atas genting"?

Dari bunyi tak, sekarang kita pindah ke bunyi tik. Kalau tak diasosiakan dengan bunyi yang agak keras, tampaknya tik dengan bunyi yang agak lembut, sesuatu yang kecil, seperti bunyi tetes air yang jatuh ke lantai: "Tik!".

Dari sini leluhur kita menyebut hujan yang kecil itu rintik-rintik. Dan ketika melihat air mata jatuh sedikit-sedikit, bukan terisak-isak atau tersedu-sedu, orang menyebutnya menitikkan air mata. Kata dasarnya adalah titik, yang kita pakai untuk menggambarkan sesuatu yang kecil, lembut, dan umumnya bulat. Kata ini bersaudara dengan bintik, yang juga digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang relatif kecil dan cenderung bulat.

Asosiasi tik dengan sesuatu yang kecil berlanjut di jentik, anak nyamuk yang berenang di air. Atau pantik untuk menggambarkan letupan api yang kecil. Kata ini sekarang jarang digunakan, kita lebih sering mendengar turunannya yaitu pemantik.

Akhirnya, bila tak melahirkan detak, maka tik menurunkan detik. Jika detak menggambarkan gerakan jarum penunjuk jam dan menit, maka detik digunakan untuk menggambarkan satuan waktu yang lebih kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar