Senin, 13 Februari 2012

Samakan dulu suaranya


Sebelum menelaah kata-kata lain, ada baiknya kita sepakati dulu beberapa aturan main.

Pertama, yang akan kita bahas haruslah kata asli, bukan serapan.

Ini tidak selalu mudah karena tidak sedikit kata serapan yang sudah kita rasa sebagai bagian dari budaya kita sendiri. Misalnya setia, wajah, lihai, dan hampir yang berasal dari bahasa Sansekerta,  Arab, Hokkien, dan Belanda. Bagaimana dengan pengaruh bahasa daerah? Tentu saja diterima, itu kan bagian dari budaya kita.

Kedua, jumlah kata yang dibandingkan. Empat atau lebih tentunya bisa lumayan meyakinkan. Tiga barangkali masih bisa. Dua, rasanya kurang. Kalau dua, jangan-jangan sebenarnya itu kata yang sama, hanya saja yang satu adalah variasi dari yang lain.

Ketiga, kekerabatan antar kata harus jelas. Tidak boleh terkesan dipas-paskan, dicari-cari, atau dipaksakan.

Contoh: kata baris dan garis. Kedua kata dengan bunyi akhir -ris ini cukup menggoda untuk disandingkan. Apakah baris bisa diartikan "berjajar membentuk garis"? Mungkin ya. Sayangnya kita hanya punya dua kata ini, tidak ada kata lain yang mendukung. Aturan nomer dua berlaku.

Bagaimana dengan laris, atau nyaris? Menghubungkan laris dan nyaris dengan baris dan garis rasanya akan melanggar aturan nomer tiga.

Tampaknya sudah cukup aturannya. Mari kita teruskan telaah kita.

Lema sebelum: Masih ingat lagu anak-anak "Tik tik tik, bunyi mesin ketik di atas genting"? 
Lema sesudah: Cara menjepit kue gapit dengan sumpit 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar