Jumat, 17 Februari 2012

Tung! Tung! Achtung, ada puntung!


TungTung!  Begitulah bunyi alarm para leluhur kita. Bunyi ini keluar dari sebilah bambu besar atau batang pohon yang bagian tengahnya dilubangi. Kita menyebutnya kentung. Pemukulnya disebut pentung.

Orang menambatkan bagian atas dari alarm ini ke sesuatu yang agak tinggi, dan membiarkan bagian bawahnya mengambang, tidak menyentuh tanah. Kita menyebutnya menggantung.

Bunyi tung ini digunakan juga untuk organ tubuh yang bagian atasnya terikat, tetapi bagian bawahnya lepas: jantung. Dan ketika orang ada yang sebagian kakinya hilang, misalnya karena kecelakaan, sehingga bagian atas tetap tertambat di badan, tetapi bagian bawahnya mengambang, tidak menyentuh tanah, orang menyebutnya buntung.

Kemudian bunyi tung ini merambah ke dunia kiasan. Masalah yang mengambang, tidak selesai-selesai, disebut ngatung. Persoalannya terkatung-katung. Orang yang tidak punya pijakan tetap, disebut lontang-lantung.

Menarik sekali melihat bagaimana bunyi yang keluar dari sebilah kayu bisa bergerak menjadi bagian dari nama organ vital hingga ke problem yang tidak terselesaikan.

Dan jangan lupa plastik tempat menyimpan belanjaan kita dari warung, yang bagian atasnya kita pegang, sementara bagian bawahnya melayang-layang. Benar, kantung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar