Rabu, 29 Februari 2012

Hati-hati memberi nama


Suatu saat kita akan, atau malah sudah pernah, memberi nama. Mungkin untuk bayi kita, perusahaan yang kita dirikan, gang di depan rumah, kelompok arisan, band sekolah, slogan pilkada, dsb. Nama yang ujungnya berbunyi ram tampaknya harus dipikir ulang. Mengapa? Naluri kita dalam berbahasa sering mengaitkan bunyi ini dengan sesuatu yang cenderung menyedihkan.

Ketika kita sedih, wajah kita muram. Mungkin karena memikirkan masa depan yang suram. Semua yang kita lihat tampak buram.

Ketiga kata tadi memiliki makna tidak terang, tidak bercahaya. Ini tampaknya berasal dari kata lain yang memang berarti menutup. Kita memeramkan mata. Induk ayam mengeram telurnya. Kalau anak disekap di rumah, orang menyebutnya diperam.

Konotasi negatif ini berlanjut di kata lain. Kapal tenggelam, karam. Kuburan di waktu malam, seram. Orang marah besar, geram. Turunan yang terjal menakutkan, curam. Sungai deras berbahaya, jeram. Yang kecil dan tidak bermutu, guram.

Kalau mi siram? Yang ini enak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar